OBAT
ANTIBIOTIKA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah :
Farmakologi
Dosen pengampu :
Rivika Apriani S.Si. Apt
Disusun oleh :
Regular II
Kelompok 6
1.
Sarfiyanti
2.
Selpi Hatami
R
3.
Yusi
Istiqomah
4.
Vitasari
YR
|
PROGRAM D3 KEBIDANAN
POLTEKES BHAKTI PERTIWI HUSADA CIREBON
2015
KATA PENGANTAR................................................................................................................
i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1
1.1
Latar
Belakang.................................................................................................................
1
1.2
Rumusan
Masalah............................................................................................................
1
1.3
Tujuan
Penulisan..............................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
2
2.1
Pengertian........................................................................................................................
2
2.2
Pembuatan Antibiotika ................................................................................................... 2
2.3
Mekanisme Kerja ............................................................................................................ 2
2.4
Golongan Obat Antibiotika.............................................................................................
3
2.4.1
Penisilin ............................................................................................................... 3
2.4.2
Sefalosforin ......................................................................................................... 5
2.4.3
Tetrasiklin ........................................................................................................... 6
2.4.4
Aminoglikosida ................................................................................................... 6
2.4.5
Kloramfenikol ..................................................................................................... 7
2.4.6
Makrolid ............................................................................................................. 8
2.4.7
Polipeptida...........................................................................................................
8
2.4.8
Golongan Antimikrobakterium............................................................................
9
2.5
Pemilihan antibiotik yang aman bagi ibu hamil...............................................................
9
2.6
Pengaruh obat pada janin ................................................................................................ 10
2.7
Studi kasus infeksi pada ibu hamil.................................................................................. 12
2.8
Lampiran.......................................................................................................................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 15
3.1.
Kesimpulan ..................................................................................................................... 15
3.2.
Saran................................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 16
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur ke Hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah ini. Solawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW kepada keluarga dan sahabatnya.
Makalah
ini kami tulis dengan bahasa sederhana bertujuan agar mudah dipahami oleh
pembaca. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu untuk
terselesainya makalah ini dan kepada pembimbing kami dosen Rivika Apriani S.Si. Apt yang
telah membimbing kami dengan baik. Adapun makalah yang akan kami presentasikan
pada kesempatan kali ini adalah membahas
mengenai materi Obat
Antibiotika.
Dengan
demikian Insya Allah makna dan tujuan makalah ini akan tersalurkan. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan baik bagi dosen pembimbing maupun
pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
kelengkapan makalah ini.
Atas
perhatian para pembaca, kami ucapkan terima kasih.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb
Cirebon, April
2015
penyusun
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas
cakupannya. Namun unutk seorang dokter ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar
dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit.
Selain agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala
penyakit.
Antiboitika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba
terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis
lain. Antibiotik juga dapar dibuat secara sintesis. Antimikroba diartikan
sebagai obat pembasmi mikroba khususnya yang merugikan manusia.
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak
terpisahkan. Apa yang dikonsumsi oleh ibu akan ditransfer ke janin. Ada
kalanya, ibu hamil yang mengalami infeksi memerlukan penggunaan antibiotik
sebagai pilihan obat. Sebagian antibiotik pada semua fase kehamilan aman
dikonsumsi, sebagian lagi dikontraindikasikan pada fase tertentu, dan ada juga
yang dikontraindikasikan untuk semua fase kehamilan.
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini
terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat
mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta.
Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika
dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta
sifat genetik ibu dan janin.
1.2
Rumusan
Masalah
Beberapa
masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan Antibiotik?
2. Bagaimana cara pembuatan Anti biotik?
3. Bagaimana mekanisme kerja dari obat antibiotik?
4. Apa saja golongan-golongan obat antibiotic?
5. Apa saja
antibiotik yang aman bagi ibu hamil?
6. Bagaimanakah efek antibiotik pada kehamilan?
7. Bagaimana
studi kasus infeksi pada ibu hamil?
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan kami
membuat makalh ini adalah :
- Untuk mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotic.
- Untuk mengetahui tentang cara pembuatan obat antibotic, mekanisme kerja dan golongan-golonganya.
- Untuk mengetahui dan memahami pemberian obat antibiotik yang aman bagi ibu hamil dan mengetahui efek antibiotik pada kehamilan.
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Antibiotika
ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain. Antibiotika ( latin : anti =
lawan, bios = hidup ) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup
tertuma fungi dan bakteri ranah. Yang memiliki khasiat mematikan atau
mengahambat pertumbuahn banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
2.2
Pembuatan Antibiotika
Pembuatan
antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikroorganisme
dikembangbiakkan
dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan pembiakan
disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur
sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan
kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya, beberapa antibiotika
tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi,
antara lain kloramfenikol
Aktivitas
Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna
pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B
basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.
2.3
Mekanisme Kerja
Beberapa
antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting
adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis
protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat dan kuman musnah atau
tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar
bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi
tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin,
tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari
harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.
2.4
Golongan Obat Antibiotika
2.4.1
Penisilin
Penisilin
diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang
dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata
paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl
dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara
menghambat sintesi dinding sel. Pensilin terdiri dari :
A. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
a.
Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih,
otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore. Kontraindikasi
: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin. Efek samping : reaksi
alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia,
diare pada pemberian per oral.
b.
Fenoksimetilpenisilin
Indikasi :
tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi
pneumokokus.
B. Pensilin Tahan Penisilinase
a.
Kloksasilin
Indikasi : infeksi
karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase. Peringatan : riwayat
alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS. Interaksi : obat ini berdifusi
dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan
otak kurang baik kecuali jika selaput otak
mengalami infeksi. Kontraindikasi :
hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin. Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam,
nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral.
b.
Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang
memproduksi pensilinase. Peringatan
: riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular
fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS. Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan
jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin. Efek samping : reaksi
alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia,
diare pada pemberian per oral.
C. Pensilin
Spectrum Luas
a. Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media,
sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore. Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal,
lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS. Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan
jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap
penisilin. Efek samping : reaksi
alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
b. Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media,
sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore. Peringatan
: riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular
fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS. Interaksi : obat ini
berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam
cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi. Kontraindikasi
: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin. Efek samping : reaksi
alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia,
trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
D.
Penisilin Anti
Pseudomona
a. Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
dan proteus.
b. Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa.
c. Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa. ( Lihat gambar 1.1 )
2.4.2
Sefalosforin
Sefalosforin
merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis
dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi
terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid. Sefalosforin terbagi atas:
A. Sefadroksil
Indikasi : infeksi
baktri gram (+) dan (-) Interaksi
: sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti
mikroba masing-masng derrivat bervariasi. Efek
samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis
tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala dll. Kontra indikasi : hipersensitivitas terahadap
sefalosforin, porfiria. ( Lihat gambar 1.2 )
B. Sefrozil
Indikasi : ISPA,
eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
C.
Sefotakzim
Indikasi :
profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
D. Sefuroksim
Indikasi :
profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N
gonorrhoeae.
E. Sefamandol
Indikasi: profilaksis
pada Tindakan 1 pembedahan.
F. Sefpodoksim
Indikasi: infeksi
saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang
kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.
2.4.3
Tetrasiklin
Tetrasiklin
merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin
berkurang karena masalah resistansi.
A.
Tetrasiklin.
Indikasi:
eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas)
klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis,
akne vulganis. Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian
secara i.v), gangguan fungsi ginjal, kadang-kadang menimbulkan fotosintesis. Efek
samping: mual, muntah, diare, eritema. (Lihat gambar 1.3 )
B.
Demeklosiklin
Hidroklorida
Indikasi:
tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretic Perhatinak
: kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering
terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
C.
Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan
tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit radang perlvis
(bersama metronidazo)
D. Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan;
kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada porfiria. Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam, Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial
(K), Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial.
Kapsul 2
2.4.4. Aminoglikosida
Aminoglokosida
bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan
penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa. ( Lihat gambar 1.4 )
A.
Amikasin
Indikasi
: infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
B.
Gentamisin
Indikasi
: septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya.
Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str
viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi
tambahan pad meningitis karena listeria. Peringatan : gangguan
funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi ginjal,
pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka
panjang. Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis. Efek
samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia
pada pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic. Dosis
: injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam
dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi
tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.
C.
Neomisin Sulfat
Indikasi:
Sterilisasi usus sebelum operasi
D.
Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang
resisten terhadap gentainisin.
2.4.5. Kloramfenikol
Kloramfenikol
merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini
seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman
tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena
toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi:
wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria. Efeks
samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia
aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic,
eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria
nocturnal. ( Lihat gambar 1.5 )
2.4.6.
Makrolid
Eritromisin
memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat
ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup
indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena
kampilo bakteri.
A.
Eritromisin
Indikasi:
sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan
enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non
gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan
pertusis.
B.
Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas,
otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.
C. Klaritromisin
Indikasi
: infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan
lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum.
2.4.7. Polipeptida
Kelompok ini terdiri
dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin, dan
berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas.
Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur,
antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif
terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin
terhadap kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa
bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan
kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga
permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak
tergantung pada keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi
dengan antibiotika bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resorpsinya dari usus
praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja
di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya
lewat ginjal.Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk
organ pendengar. Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini
sangat berkurang dengan munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan
karbenisilin).
2.4.8. Golongan Antimikobakterium
Golongan
antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium. Termasuk
di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin,
INH, dapson, etambutol dan lain-lain.
2.5
Pemilihan Antibiotik
yang Aman Bagi Ibu Hamil
Antibiotika banyak digunakan
secara luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping yang potensial bagi ibu
maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat
indikasi yang jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit
adalah dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut
tidak dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk
alasan inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan
janinnya.
Kehamilan akan
mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan sefalosporin
dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian
sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko
malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin,
risiko tersebut rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus
dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu. Beberapa jenis
antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi karena
antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang
dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang demikian itu disebut teratogen
suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal. Pada
manusia, periode terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke 17 sampai hari
ke 54 post konsepsi. Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh
antibiotika dipengaruhi oleh :
4.
Jenis antibiotik
5.
Trimester kehamilan
|
1.
Besarnya dosis yang diberikan.
2.
Lama dan saat pemberian.
3.
Sifat genetik ibu dan janin.
Durasi penggunaan obat
merupakan faktor penting untuk diingat. Penggunaan antibiotik dalam jangka
waktu lama bisa menyebabkan kecacatan pada janin dan dalam kasus yang lebih
buruk bisa menyebabkan keguguran. Pasalnya, beberapa jenis antibiotik lebih
aman digunakan pada trimester tertentu.
Untuk keadaan hamil,
apalagi masih dalam trimester ketiga, pemberian antibiotik bisa sangat
membahayakan janin, karena hampir semua antibiotik memberikan efek samping
mual, muntah, pusing dan gangguan sistem pencernaan. Efek-efek samping yang
ditimbulkan juga akan menekan kehamilan. Bahkan ada antibiotik yang bisa
menembus sampai ke sistem kelenjar / cairan, seperti liur, kelenjar getah
bening, cairan otak dan ASI. Jika pada masa menyusui minum antibiotik, maka obat
akan merembes di ASI dan bayi akan minum ASI bercampur obat.
Namun bukan berarti
ibu hamil dan menyusui tidak boleh minum obat antibiotik, harus hati-hati dan
perhatikan petunjuk dokter tentang cara pemakaiannya.
Penisilin merupakan
obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan. Antibiotik ini
dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime,
cefaclor, dan lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung cloxacillin,
amxycillin, dan methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama kehamilan.
Beberapa contoh antibiotik yang aman pada kehamilan
:
1.
Amoxicillin
2.
Ampicillin
3.
Clindamycin
4.
Erythromycin
5.
Penicillin
2.6.
Pengaruh Obat pada Janin
Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik, teratogenik
maupun letal, tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum
obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau biokimiawi dari janin yang
dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran.
Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan terjadinya malformasi
anatomik pada petumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi
pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal, adalah yang
mengakibatkan kematian janin dalam kandungan. Secara umum pengaruh buruk obat
pada janin dapat beragam, sesuai dengan fase-fase berikut :
1.
Fase implantasi, yaitu
pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh
buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi pengaruh buruk biasanya
menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
2.
Fase embional atau
organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu. Pada fase ini
terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh
teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara
lain :
a.
Gangguan fungsional
atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian, jadi tidak
timbul secara langsung pada saat kehamilan. Misalnya pemakaian hormon
dietilstilbestrol pada trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan
terjadinya adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di kemudian hari (pada
saat mereka sudah dewasa).
b.
Pengaruh letal, berupa
kematian janin atau terjadinya abortus.
c.
Pengaruh subletal, yang
biasanya dalam bentuk malformasi anatomis pertumbuhan organ, seperti misalnya
fokolemia karena talidomid.
3.
Fase fetal, yaitu pada
trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi maturasi dan
pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing terhadap
janin pada fase ini tidak berupa malformasi anatomik lagi. tetapi mungkin dapat
berupa gangguan pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau
biokimiawi organ-organ. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula
dialami janin, meskipun mungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai contoh
adalah terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama masa akhir
kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-narkotik; atau
terjadinya efek samping pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian
fenotiazin.
2.7.
Studi Kasus Infeksi pada Ibu Hamil
Studi terkini
menyebutkan bahwa pemakaian antibiotik untuk mengatasi infeksi saluran kemih
pada ibu hamil akan meningkatkan risiko anak cacat lahir. Peneliti menemukan
fakta cacat lahir itu pada dua jenis antibiotik, yaitu sulfonamide (contoh:
Bactrim) dan nitrofurantoins (contoh: Macrobid). Sementara itu, antibiotik
penicillins dan erythromycins, yang banyak diresepkan untuk ibu hamil selama
ini tergolong aman.
Infeksi merupakan
penyebab utama kematian prematur pada bayi. Meskipun terapi profilaksis antibiotik
belum terbukti bermanfaat, pemberian obat-obat antibiotik kepada ibu hamil
dengan ketuban pecah dini dapat memperlambat kelahiran dan menurunkan insidens
infeksi. Penggunaan antibiotik yang diketahui tidak aman itu harus menjadi
perhatian para tenaga kesehatan dalam mengambil keputusan untuk menangani
infeksi pada ibu hamil.
Infeksi bakteri sangat
berbahaya pada ibu hamil dan janinnya. Pemakaian antibiotik perlu lebih
diperhatikan, karena studi mengenai pengaruh antibiotik terhadap ibu hamil
belum banyak dilakukan.
Dalam investigasinya,
peneliti menganalisis enam jenis antibiotik pada 13.000 wanita hamil yang
kandungannya terdeteksi cacat dan juga 5.000 wanita hamil yang bebas dari cacat
kandungan. Sebanyak 30 persen wanita dalam grup tersebut mengonsumsi antibiotik
selama kehamilan, terutama pada trimester pertama. Hasilnya ternyata, sebanyak
14% wanita yang melahirkan anak cacat diketahui menggunakan antibiotik beberapa
bulan sebelum kehamilan dan pada trimester pertama.
Antibiotik sulfonamide
terkait dengan enam jenis cacat lahir, sedangkan nitrofurantoins terkait pada
empat jenis cacat. Dua jenis antibiotik ini berisiko paling banyak menghasilkan
cacat lahir dibanding antibiotik lain yang risiko cacat lahirnya hanya 1 jenis.
Cacat lahir itu antara lain ketidak normalan jantung yang dikenal dengan
(hypoplastic left heart syndrome). Penggunaan sulfonamides akan meningkatkan
risiko cacat tersebut hingga 4 kali lipat. Terjadi pada 1 dari 42.000
kelahiran.
Studi ini dimuat dalam
Archives
of Pediatrics & Adolescent Medicine dan diharapkan menjadi
panduan para tenaga kesehatan dan ibu hamil untuk menggunakan antibiotik yang
lebih aman.
Ada kalanya, ibu hamil
yang mengalami infeksi memerlukan penggunaan antibiotik sebagai pilihan obat.
Sebagian antibiotik pada semua fase kehamilan aman dikonsumsi, sebagian lagi
dikontraindikasikan pada fase tertentu, dan ada juga yang dikontraindikasikan
untuk semua fase kehamilan.
2.4.9. Lampiran
(Gambar 1.1 obat
Penisilin) ( Gambar 1.4 obat aminoglikosida )
(Gambar 1.2 obat
sefalosforin)
( Gambar 1.3 obat tetrasiklin)
( Gambar 1.5 obat kloramfenikol )
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kemajuan bidang
kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru menambah
tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari
satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata
mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba.
Penisilin merupakan
obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan.
Selain itu ada juga obat yang aman bagi ibu hamil yaitu : Amoxicillin, Ampicillin, Clindamycin, Erythromycin.
3.2.
Saran
Diharapkan
kepada para pembaca agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat lebih baik
lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
ü
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia . 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil Dan
Menyusui. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar