Senin, 08 Juni 2015

pelayanan lansia berkaitan dengan kespro di polindes



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan  tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000.
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
B.            Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan lansia?
2.    Apa yang dimaksud posyandu lansia?
3.    Apa tujuan dan sasaran dari posyandu lansia?
4.    Apa yang dimaksud kader lansia?
5.    Bagaimana tata cara senam lansia?
6.    Apa saja yang berkaitan kesehatan reproduksi lansia?
7.    Apa saja pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi?
C.           Tujuan
1.    Mengetahui pengertian lansia.
2.    Mengetahui tentang posyandu lansia.
3.    Mengetahui tujuan dan sasaran dari posyandu lansia.
4.    Mengetahui kinerja dari kader lansia.
5.    Mengetahui tentang tata cara senam lansia.
6.    Mengetahui kesehatan reproduksi pada lansia.
7.    Mengetahui pelayanan lansia yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.             Pengertian
Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
1.1.       Batasan Usia Lanjut
          Menurut WHO:
a.       Middle age (usia pertengahan) 45-59 tahun
b.      Elderly (lanjut usia) 60-74 tahun
c.       Old (lanjut usia tua) 75-90 tahun
d.      Very Old (usia sangat tua) > 90 tahun
1.2.       Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penuaan
a.       Hereditas: keturunan/ genetic
b.      Nutrisi/ makanan
c.       Status kesehatan
d.      Lingkungan
e.       Stress

1.3.       Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
a.         Perubahan Fisik
ü  Sel
Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan sel terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
ü  Sistem persyarafan
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca indera, kurang sensitive terhadap sentuhan, hubungan persarafan menurun.
ü  Sistem pendengaran
Presbiakusis/ gangguan pendengaran, hilang kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi dan tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, terjadi pengumpulan ceruman dapat mengeras.
ü  Sistem penglihatan
Spingter pupil timbul sclerosis, hilang respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa, hilangnya daya akomodasi, menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau pada skala, menurunnya lapangan pandang, menurunnya elastisitas dinding aorta, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun ± 1% pertahun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, TD meningkat. 
ü  Sistem pengaturan suhu tubuh
Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan reflek menggigitdan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
ü  Sistem respirasi
Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari silia-silia paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya melebar, menurunnya O2 pada arteri menjadi 75 mmHg, menurunnya batuk. 



ü  Sistem gastrointestinal
Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan dan kalori, mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan lainnya, terjadi penurunan produksi saliva, karies gigi, gerak peristaltic usus dan pertambahan waktu pengosongan lambung.
ü  Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi menurun, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih menjadi menurun, vesikel vrinaria susah dikosongkan, perbesaran prostat, atrofi vulva.
ü  Sistem endokrin
Produksi hormon menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldesteron, menurunnya sekresi hormon kelamin.
ü  Sistem integument
Kulit mengerut/ keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, respon terhadap trauma menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, elastisitas kulit berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi keras dan seperti bertanduk, kelenjer keringat berkurang.
ü  Sistem muskulokeletal
Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan menjadi sclerosis, atrofi serabut otot.
b.      Perubahan Psikologi
Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami penurunan, adapun perubahan psikis yang terjadi menurut Stevens dan Hurlock 1980 adalah:
ü  Pengamatan : Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan sekelilingnya.
ü  Daya ingat : Cenderung masih mengingat hal yang lama disbanding dengan hal yang baru.
ü  Berpikir dan argumentasi : Terjadi penurunan dalam pengmbilan keputusan/ kesimpulan.
ü  Belajar : Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih lama untuk dapat mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal yang baru.
ü  Perubahan social : Lanjut usia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan sosial atau menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaan ini mengakibatkan  interaksi sosial lanjut usia menurun, secara kualitas maupun kuantitas, yaitu: kehilangan peran, kontak sosial dan berkurangnya komitmen karena merasa sudah tidak mampu (Hurlock, 1990).
ü  Perubahan spiritual : Hubungan horizontal, antar pribadi berupaya menyerasikan hubungan dengan dunia.
1.4.        Penyakit-Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lanjut Usia
a.Kardiovaskuler
b.      Moskulosketal
c.TB Paru, bronchitis, asma dan penyakit paru lain
d.       Gigi, mulut dan saluran pencernaan
e.Kelainan sistem saraf
f.       Infeksi kulit
g.      Malaria
h.      Infeksi jaringan
2.             Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut. Posyandu lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pd pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative. Posyandu lansia merupakan upaya kesehatan lansia yg mencakup kegiatan yankes yg bertujuan u/ mewujudkan masa tua yg bahagia dan berdayaguna.
3.             Tujuan dan Sasaran Posyandu Lansia
3.1         Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua yg bahagia dan berdaya guna dlm kehidupan keluarga dan masyarakat (Matra, 1996).
3.2.       Tujuan khusus
a.       Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya.
b.      Meningkatkan kemampuan dan peran serta masy dlm menghayati dan mengatasi masalah kesehatan lansia secara optimal.
c.       Meningkatkan jangkauan yankes lansia
d.      Meningkatnya jenis dan mutu yankes lansia
3.3.       Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a.       Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
b.      Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
3.4         Sasaran Posyandu Lansia
a.       Sasaran langsung
Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
b.      Sasaran tidak langsung
Keluarga dimana usia lanjut berada.
Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut.
Masyarakat luas.
3.5         Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
ü  Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan.
ü  Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
ü  Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
3.5.       Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :
a.       Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia.
b.      Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau.
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
c.       Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
d.      Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
3.6.       Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi.
3.7.       Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia
a.       Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,
seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b.      Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c.       Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d.      Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
e.       Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.
f.       Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
g.      Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
h.      Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i.        Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
4.             Kader Lansia (Pengertian, Tugas, Organisasi, Pendanaan) 
4.1.       Pengertian Kader Lansia
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan.
4.2.       Tugas Kader Lansia
Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut :
a.       Tugas-tugas kader
ü  Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu berupa tugas – tugas
persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik.
ü  Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk
melaksanakan pelayanan 5 meja.
ü  Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas - tugas setelah
hari Posyandu.
b.      Tugas-Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia
ü  Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari Posyandu, meliputi :
ü  Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat peraga, obat-
obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.
ü  Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para lansia untuk
datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu.
ü  Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada hari buka Posyandu.
ü  Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu
baik untuk persiapan untuk pelaksanaan.
4.3.       Organisasi Kader Lansia
a.       Pemeriksaan kesehatan secara berkala : pendataan, screening, px kesh (gizi, jiwa, lab), pengobatan sederhana, pemberian suplemen vitamin, PMT.
b.      Peningkatan olahraga.
c.       Pengembangan ketrampilan, kesenian, bina usaha.
d.      Bimbingan pendalaman agama.
e.       Pengelolaan dana sehat.
f.       Pendanaan Kadar Lansia.
4.4.       KMS Lansia
Kartu menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS untuk memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang dilaksanakan di kelompok Usia Lanjut atau Puskesmas.
Tata Cara pengisian KMS :
ü  KMS berlaku 2 tahun, diisi oleh petugas kesehatan.
ü  Pada kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yang tertera. Sedangkan pada kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali untuk tes laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine, Protein)
5.             Latihan Gerak Dan Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Santosa, 1994). Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999 : 20)
Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemamp meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
5.1.       Manfaat Olahraga Bagi Lansia
Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia menurut Nugroho (1999 : 157) antara lain :
a.       Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.
b.      Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
c.       Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalya sakit. Sebagai Rehabilitas Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan. (Darmojo 1999 : 81).

5.2.       Komponen aktivitas dan kebugaran
Menurut Darmojo (1999 : 74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari :
a.       Self Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk menggambarkan rasa
percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas.
b.      Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan pertahanan
berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada penelitian-penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan pertahanan yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da kekuatan untuk menaiki tangga sebesar 23-38%.
c.       Daya Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan /kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik), sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih dengan latihan bertahan.
d.      Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada lanjut
usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena itu latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.
e.       Keseimbangan-keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan
lansia sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan oleh berbagai faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya sebagai akibat menurunya kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada lansia.




6.             Kesehatan Reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).
6.1.       Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut
a.       Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistem Genitalia, dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.
ü  Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.
ü  Uterus
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.
ü  Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan  akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi  rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat  folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
ü  Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
b.      Pria
Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
ü  Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga
akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif tubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi ovum.
ü  Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.
ü  Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan ereksi yang
sempurna mungkin juga tertunda. Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.
ü  Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.
ü  Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12 sampai
48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja.
ü  Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.
7.             Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan reproduksi terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
7.1.       Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
7.2.       Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
b.      Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c.       Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d.      Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e.       Memberikan perawatan di rumah (home care)
f.       Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g.      Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging the aging)
h.      Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i.        Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j.        Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help care and family care)
7.3.       Jenis – jenis Pelayanan Lansia
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
A.    Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
ü  Mengurangi cedera
ü  Meningkatkan keamanan di tempat kerja
ü  Meningkatkan perlindungan  dari kualitas udara yang buruk
ü  Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
ü  Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
B.     Preventif
Pencegahan primer, meliputi :
ü  Program imunisasi
ü  Konseling
ü  Dukungan nutrisi
ü  Exercise
ü  Keamanan di dalam dan sekitar rumah
ü  Manajemen stres
ü  Menggunakan medikasi yang tepat.
Pencegahan sekuder, meliputi: 
Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder :
ü  Kontrol hipertensi
ü  Deteksi dan pengobatan kanker
ü  Skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
ü  Pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat
ü  Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih berfungsi.
C.     Rehabilitatif
Prinsip :
ü  Pertahankan lingkungan aman
ü  Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
ü  Pertahankan kecukupan gizi
ü  Pertahankan fungsi pernafasan
ü  Pertahankan aliran darah
ü  Pertahankan kulit
ü  Pertahankan fungsi pencernaan
ü  Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
ü   Meningkatkan fungsi psikososial
ü  Pertahankan komunikasi
ü  Mendorong pelaksanaan tugas












LAMPIRAN
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUaZlRbGIad6Id2cDPfOKxfj-x88ZDXCwBso2TYaF9TsKQd57KWhsQplt6AQ_WY0ACjLN_G-_LNTTF0BU04N0t2zL_ZecpnRG48iUqnGxWQ31GvM-qhxa78PuP38v4EZk5dwO0us5oIrQ/s1600/posyandu+lansia.jpgDescription: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUznmYt1FmTzW5KeVyEeBK2P6gcSJYs5oZNxjdetUy-JmZyZOBWLOS_JrikrBAPPX-bcr5TcI9zOHZO-Wa8JqQSTIm9euw24yiN2FHq4IMmhTsqHc9Iz97vA-BcEHTwpr8v546pfqkdrM/s1600/images.jpg



















                                             




( Gambar Senam Lansia )
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD2vibakmsVESCDgDHIZGRb8-7kPWWY7hp59rgjp176QKuYzTPGVMhGfqxFm0K7jQrD-dzayKOmp8rBdHP8rXWNrByPtEo_eO17R7gYUsBN-jPR1CRLO5ypKlWxmUPg2vhyphenhyphenuewQ405g84/s1600/images.jpg











( Gambar KMS “Kartu Menuju Sehat” )
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit401hyphenhyphenfv00ZORqQ0WcQ2iyyO43TpEFgARqqE-ZkA3Pq3_1goz2yNSe8lwwPR22RymZyXSmHZDkLIGhHIGATesYKhQxWKU2lPhl4Tb4YcBtyyvbHWFbFyL2Hj6e-ABtz8agimEbfbqanI/s1600/kms-1.jpg












BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
.       Lansia banyak mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena
itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan wadah yang dapat memberikan sarana bagi lansia yang dapat memelihara kesehatannya yaitu posyandu lansia
 Pada posyandu lansia dapat memperoleh manfaat antara lain, mengetahui status kesehatannya juga kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengisi kegiatan para lansia.Disamping itu pada posyandu lansia terdapat suatu kepedulian dan perhatian yang didapat dari kontak sosial sehingga memberi harapan dan semangat para lansia untuk terus dapat hidup mandiri dan menyadari bahwa di usia senja mereka tetap prima.


B.            Saran
Seorang bidan  harus mengetahui pelayanan kesehatan reproduksi pada lansia agar dapat memberikan pelayanan lansia yang tepat di masyarakat. Dalam pelaksanan kegiatan posyandu diperlukan peran serta masyarakat,kerja sama dari berbagai pihak oleh karena itu dukungan dan partisipasi keluarga lansia dalam ikut serta memelihara kesehatan lansia sangat diperlukan dismping tokoh dan perangkat desa setempat yang nantinya diharapkan secara mandiri para lansia dapat berperan aktif dalam posyandu lansia dan bahkan tidak menutup kemungkinan dilaksanakan dari dan untuk kelompok lansia itu sendiri. Puskesmas sebagai tempat rujukan yang utama bagi kesehatan diharapkan lebih efektif terjun kemasyarakat terutama untuk membimbing potensi yang ada di masyarakat terutama di bidang kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Yulifah, Rita. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika
Maryam, R siti. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba medika
Hadi-Martono . Kegiatan Seksual Pada Lanjut Usia. Naskah simposium sek rotary Club Purwokerto, 1996.

http://www.PelayananLansiaBerkaitanDenganKesproDiPolindes.com